Aku nggak pernah menyangka aktivitas sederhana kayak menyapu rumah atau ngetik seharian bisa bikin aku harus berurusan dengan rasa nyeri yang begitu menusuk di bagian pergelangan tangan. Awalnya aku pikir cuma kecapekan biasa. Tapi setelah beberapa minggu, rasa sakit itu nggak juga hilang. Malah makin parah waktu bangun pagi atau habis kerja seharian. Akhirnya aku periksa ke dokter, dan vonisnya: tendinitis.
Yup, tendinitis atau radang tendon. Satu istilah yang sebelumnya cuma aku dengar di artikel kesehatan atau denger sekilas dari temen yang hobi olahraga. Tapi begitu ngalamin sendiri, baru deh sadar kalau masalah ini nggak pandang bulu. Nggak harus atlet. Orang biasa pun bisa kena—terutama kalau kamu suka mengulang gerakan yang sama dalam waktu lama.
Apa Itu Tendinitis?
Tendinitis adalah peradangan atau iritasi pada tendon, yaitu jaringan yang menghubungkan otot ke tulang. Saat tendon ini meradang, biasanya terasa nyeri, kaku, dan kadang juga bengkak di sekitar sendi.
Tendon itu ibarat kabel elastis yang bantu otot menarik tulang supaya kita bisa bergerak. Jadi kalau tendon bermasalah, aktivitas sehari-hari yang kelihatannya simpel bisa terasa menyiksa—seperti mengangkat cangkir, mengetik, bahkan membuka pintu.
Jenis-Jenis Tendinitis yang Sering Terjadi
Dari hasil konsultasi dan riset, aku jadi tahu bahwa ada beberapa jenis tendinitis yang cukup umum, tergantung di bagian tubuh mana tendon yang meradang:
-
Tennis Elbow (lateral epicondylitis)
Biasanya menyerang bagian luar siku. Biasa terjadi pada orang yang sering menggunakan gerakan rotasi lengan bawah—bukan cuma atlet tenis. -
Golfer’s Elbow (medial epicondylitis)
Ini kebalikannya dari tennis elbow, terjadi di bagian dalam siku. -
Tendinitis Achilles
Menyerang tendon Achilles di belakang tumit, umum terjadi pada pelari atau orang yang sering pakai sepatu yang kurang healthy support. -
Rotator Cuff Tendinitis
Terjadi di sekitar bahu, umum pada pekerja kantoran yang banyak duduk dan membungkuk. -
De Quervain’s Tenosynovitis
Jenis yang aku alami. Menyerang pergelangan tangan dan ibu jari, sering terjadi karena terlalu banyak mengetik atau menggenggam ponsel.
Gejala yang Aku Rasakan Sendiri
Waktu itu aku ngerasa:
-
Nyeri tajam tiap kali gerakin pergelangan tangan
-
Kaku di pagi hari
-
Bengkak ringan di sisi luar tangan
-
Sakit makin parah kalau digunakan mengangkat barang ringan sekalipun
Yang paling bikin frustasi, aku nggak bisa nulis dengan nyaman. Bahkan ngangkat panci kecil pun sakitnya luar biasa. Dan yang aku pelajari: kalau kamu terus paksa, kondisi ini bisa berkembang jadi tendinosis (kerusakan kronis tendon), yang jauh lebih susah disembuhkan.
Penyebab Umum Tendinitis
Berikut ini beberapa hal yang bisa jadi pemicu—dan kebanyakan tanpa sadar sering kita lakukan:
-
Gerakan berulang (ngetik, menyapu, main gitar, nge-gym)
-
Postur tubuh buruk saat kerja
-
Pemanasan tidak cukup saat olahraga
-
Usia – makin bertambah umur, tendon kita makin kurang elastis
-
Cedera mendadak – salah angkat atau gerakan tiba-tiba bisa bikin tendon stres
Dulu aku pikir olahraga itu selalu baik. Tapi ternyata, tanpa teknik yang benar dan pemanasan cukup, malah bisa bahaya.
Pengalaman Periksa ke Dokter dan Terapi
Setelah akhirnya memutuskan buat ke dokter ortopedi, aku dirujuk ke fisioterapis. Di sana aku diberi latihan khusus buat memperkuat otot sekitar tendon dan memperbaiki postur. Aku juga dikasih kompres dingin dan panas bergantian untuk meredakan peradangan.
Selain itu, dokter juga kasih anti-inflamasi ringan dan menyarankan pemakaian wrist brace (penyangga tangan) saat bekerja. Dalam 2 minggu, nyeri mulai berkurang. Tapi aku butuh hampir 6 minggu buat bisa pakai tangan secara normal lagi tanpa rasa was-was.
Tips yang Aku Terapkan Biar Tendinitis Nggak Kambuh
-
Istirahat saat aktivitas repetitif
Setiap 30–45 menit ngetik, aku istirahat 5–10 menit. Gerakin jari, peregangan, atau sekadar jalan sebentar. -
Gunakan alat bantu ergonomis
Aku ganti mouse biasa jadi ergonomic mouse. Posisi keyboard dan kursi juga aku atur biar tangan nggak menggantung. -
Perhatikan teknik olahraga
Aku lebih hati-hati saat angkat beban. Kalau belum paham, aku minta diajari pelatih. Bukan sok tahu lagi. -
Pakai kompres atau es setelah aktivitas berat
Kompres es bisa bantu mencegah peradangan setelah aktivitas berlebihan. -
Jangan abaikan rasa sakit kecil
Kalau ada nyeri kecil yang bertahan lebih dari 2 hari, langsung aku hentikan aktivitas dan obati. Jangan tunggu parah.
Makanan dan Nutrisi yang Bantu Proses Pemulihan
Aku percaya, penyembuhan tendon juga perlu bantuan dari dalam. Beberapa makanan yang aku prioritaskan:
-
Omega-3 (dari ikan salmon, chia seed, atau suplemen) → antiinflamasi alami
-
Kunyit dan jahe → bantu lawan radang
-
Buah beri dan sayur hijau → tinggi antioksidan
-
Protein (telur, tempe, ayam, tahu) → bantu perbaikan jaringan
Menurut artikel dari Cleveland Clinic, tendon memiliki aliran darah yang rendah dibanding bagian tubuh lain, sehingga proses penyembuhannya butuh waktu dan dukungan nutrisi yang cukup.
Apakah Tendinitis Bisa Dicegah?
Jawabannya: ya, sebagian besar kasus bisa dicegah. Dan ini yang aku pelajari paling berharga. Kita nggak perlu nunggu sakit dulu buat sadar pentingnya gerak yang tepat, alat yang ergonomis, dan kebiasaan kerja yang sehat.
Berikut kebiasaan preventif yang aku terapkan:
-
Selalu pemanasan sebelum olahraga
-
Ganti posisi duduk secara rutin
-
Pakai kursi dan meja kerja yang ergonomis
-
Hindari multitasking yang melibatkan tangan berulang (misalnya sambil ngetik dan ngangkat barang)
-
Dengarkan tubuh – kalau mulai pegal atau kaku, berhenti sejenak
Bagaimana Rasanya Setelah Sembuh?
Sembuh dari tendinitis bukan berarti bebas sepenuhnya. Aku masih sering ngerasa pegal kalau terlalu lama ngetik atau lupa pakai wrist rest. Tapi bedanya, sekarang aku lebih sadar. Aku lebih peduli sama sinyal dari tubuh sendiri.
Dan yang paling aku syukuri: aku jadi punya rutinitas yang lebih sehat. Lebih sering olahraga ringan, lebih banyak istirahat aktif, dan nggak lagi gengsi pakai alat bantu ergonomis meskipun di rumah aja.
Siapa yang Paling Rentan Kena Tendinitis?
Dari hasil ngobrol sama fisioterapisku dan baca beberapa literatur, ternyata ada beberapa kelompok yang lebih rentan:
-
Atlet dan pekerja fisik
-
Pekerja kantor atau content creator yang duduk dan ngetik lama
-
Musisi (pemain gitar, piano, dll)
-
Ibu rumah tangga yang sering nyapu, nyuci, ngangkat barang
-
Orang tua – karena tendon makin kaku seiring usia
Jadi ini bukan masalah profesi. Tapi masalah gaya hidup.
Apakah Harus Operasi?
Nggak semua kasus perlu operasi. Sebagian besar bisa sembuh dengan istirahat, terapi, dan perawatan mandiri. Tapi kalau kondisinya udah kronis dan mengganggu fungsi harian, dokter bisa menyarankan prosedur lebih lanjut, termasuk injeksi atau tindakan bedah kecil.
Tapi tenang, selama kamu tanggap sejak awal dan tidak memaksakan aktivitas saat tendon mulai terasa nyeri, kemungkinan besar kamu nggak perlu sampai meja operasi.
Tendinitis dan Kesehatan Mental
Satu hal yang sempat aku abaikan: efek mental dari kondisi ini. Bayangin kamu nggak bisa ngangkat benda, ngetik, bahkan pakai baju tanpa rasa sakit. Frustrasi pasti.
Aku sempat ngerasa nggak produktif, sedih, bahkan merasa tua sebelum waktunya. Tapi dukungan dari orang sekitar dan motivasi untuk sembuh jadi kunci utama buat tetap kuat.
Sekarang aku tahu: menjaga tendon bukan cuma soal gerakan, tapi juga soal kasih waktu untuk tubuh istirahat dan pulih.
Penutup: Dengarkan Tubuhmu
Dulu aku pikir nyeri itu hal biasa. Cuma capek, tinggal dipijat. Tapi sekarang aku tahu, rasa nyeri bisa jadi sinyal tubuh minta berhenti. Dan kalau kamu nekat terusin, bisa berakhir dengan radang atau bahkan cedera lebih parah.
Tendinitis bisa dicegah, bisa disembuhkan, dan bisa dilawan dengan gaya hidup sehat, peralatan ergonomis, dan kebiasaan sadar tubuh. Jangan nunggu sampai kamu harus pakai perban baru sadar pentingnya gerakan yang tepat.
Karena sehat itu bukan cuma soal jantung dan paru-paru. Tapi juga soal tendon kecil yang kerja keras tiap hari, tanpa kita sadari.
Kebanyakan liat layar bisa buat: Rabun Jauh: Buram Bikin Depobos Nyorongin Kepala ke Layar