Ataksia adalah Kondisi Saraf yang Mengganggu Koordinasi Tubuh

Ilustrasi anak laki-laki dengan postur berjalan tidak seimbang, menunjukkan gejala ataksia adalah yang berasal dari gangguan otak kecil (cerebellum) yang ditunjukkan di sebelah kiri

Beberapa tahun lalu, aku pernah ketemu seseorang di tempat terapi yang berjalan dengan langkah goyah, seperti sedang kehilangan keseimbangan. Awalnya kukira dia hanya sedang pusing. Tapi setelah ngobrol, baru tahu kalau dia mengalami sesuatu yang lebih serius—ataksia. Sejak saat itu, aku jadi penasaran dan mulai mencari tahu. Ternyata, ataksia adalah kondisi neurologis yang serius, dan sayangnya belum banyak orang yang benar-benar paham soal ini.

Kalau kamu pernah merasa tubuhmu bergerak sendiri tanpa kendali yang jelas, atau kamu sulit mengatur keseimbangan dan gerakan halus, bisa jadi itu gejala awal ataksia. Mari kita bahas lebih dalam.

Penyakit Ataksia Adalah Gangguan Sistem Saraf yang Tak Bisa Diabaikan

Ilustrasi medis tentang ataksia yang menunjukkan sistem saraf pusat dan gejalanya, termasuk koordinasi terganggu, gangguan bicara, gerakan mata abnormal, masalah jantung, dan kesulitan berjalan.

Ataksia bukan nama satu penyakit tunggal, melainkan sebuah istilah yang merujuk pada gangguan koordinasi tubuh akibat masalah pada sistem saraf pusat. Ini bisa disebabkan oleh kerusakan otak kecil (cerebellum), saraf tulang belakang, atau bahkan kelainan genetik.

Yang bikin ataksia cukup rumit adalah karena dia bisa muncul dari banyak penyebab. Bisa karena faktor keturunan, seperti pada kasus Ataksia Friedreich, atau bisa juga karena cedera kepala, stroke, infeksi otak, kekurangan vitamin B12, atau keracunan alkohol.

Dan yang paling mengejutkan adalah, banyak orang yang mengalami gejala ringan tapi menganggapnya remeh. Padahal, kalau dibiarkan, ataksia bisa berkembang jadi lebih parah dan berdampak ke kualitas hidup secara keseluruhan.

Gejala yang Muncul dari Penyakit Ataksia adalah Gangguan Gerak dan Keseimbangan

Gejala yang muncul dari ataksia biasanya berkaitan dengan gangguan koordinasi healthy dan keseimbangan. Tapi ternyata efeknya bisa lebih luas. Di antara yang paling sering muncul:

  • Sulit berjalan (gaya berjalan jadi goyah)

  • Gerakan tangan tidak terkendali

  • Kesulitan berbicara (bicara jadi melambat atau tidak jelas)

  • Masalah dengan gerakan mata (seperti nystagmus)

  • Sulit menelan atau tersedak saat makan

  • Tangan gemetar saat mencoba menulis atau memegang benda

Aku pernah lihat langsung seseorang yang nggak bisa menyentuh ujung hidungnya sendiri dengan jari, padahal dia tahu dan sadar ingin melakukannya. Gerakan tubuhnya seperti “melenceng” sendiri.

Gejala ini bisa berkembang pelan-pelan, atau muncul secara tiba-tiba tergantung penyebabnya. Yang jelas, kalau kamu atau orang terdekatmu mengalami hal-hal seperti ini, jangan tunda untuk konsultasi ke dokter saraf.

Bagian Otak yang Mengalami Kerusakan pada Penderita Ataksia adalah Cerebellum

Salah satu hal penting yang harus dipahami soal ataksia adalah bahwa pusatnya ada di cerebellum atau otak kecil. Cerebellum adalah bagian otak yang mengatur keseimbangan, koordinasi, dan gerakan halus tubuh.

Jadi bayangin aja, kalau bagian ini rusak atau terganggu, maka tubuh akan kehilangan arah. Kamu tahu harus melangkah ke kanan, tapi tubuhmu malah goyah ke kiri. Kamu ingin mengambil gelas, tapi tanganmu bergetar atau bahkan meleset. Inilah yang terjadi pada penderita ataksia.

Selain cerebellum, jalur saraf penghubung ke dan dari otak kecil juga bisa terlibat. Bahkan di beberapa kasus, kerusakan bisa menjalar ke sumsum tulang belakang dan batang otak.

Ataksia Friedreich Adalah Jenis Ataksia Turunan yang Paling Umum

Salah satu jenis ataksia yang paling dikenal dan paling sering muncul adalah Ataksia Friedreich. Jenis ini bersifat genetik alias diturunkan. Biasanya gejala mulai muncul di usia remaja hingga awal 20-an.

Ciri khas Ataksia Friedreich adalah:

  • Gaya berjalan goyah

  • Kelemahan otot kaki

  • Hilangnya refleks tendon

  • Bicara lambat dan tidak jelas

  • Masalah jantung (kardiomiopati)

Yang menarik (dan menyedihkan) dari Friedreich adalah ia juga bisa menyerang sistem jantung. Jadi nggak cuma masalah gerak dan koordinasi, tapi bisa mengancam nyawa kalau tidak ditangani.

Aku sempat baca kisah seorang pemuda di Eropa yang didiagnosis Ataksia Friedreich sejak usia 16 tahun. Dalam waktu 5 tahun, dia harus memakai kursi roda. Tapi yang luar biasa, dia tetap menulis blog tentang perjalanannya. Inspiratif banget.

Ataksia Spinocerebellar Adalah Jenis yang Berkembang Secara Bertahap

Kalau Friedreich adalah jenis yang paling umum dari sisi jumlah kasus, Ataksia Spinocerebellar (SCA) adalah yang paling kompleks. Kenapa? Karena ada puluhan subtipe SCA yang berbeda, masing-masing dengan mutasi genetik sendiri.

SCA diturunkan dalam bentuk autosomal dominan, artinya cukup salah satu orang tua membawa gen tersebut, risiko anak terkena cukup besar. Dan biasanya gejala mulai terasa di usia dewasa.

Yang bikin SCA sulit dikenali adalah karena dia bisa berkembang sangat perlahan. Awalnya mungkin cuma sedikit gemetar, atau goyah saat naik tangga. Tapi lama-lama bisa menyebabkan hilangnya fungsi bicara, penglihatan, bahkan kemampuan untuk makan sendiri.

Nggak semua rumah sakit punya alat untuk tes genetik ini, jadi deteksi dini dan riwayat keluarga sangat penting.

Film yang Terkenal dari Penyakit Ataksia Adalah “You’re Not You”

Kalau kamu butuh gambaran nyata seperti apa perjuangan orang dengan penyakit saraf degeneratif, kamu bisa nonton film “You’re Not You” yang dibintangi oleh Hilary Swank. Memang tokoh dalam film itu mengidap ALS, bukan ataksia, tapi gejalanya cukup mirip.

Keterbatasan gerak, kehilangan kontrol tubuh, kesulitan komunikasi—semua digambarkan dengan sangat menyentuh di film ini. Yang paling bikin saya terharu adalah bagaimana dukungan orang sekitar bisa jadi penentu utama kualitas hidup pasien.

Dan ini mengingatkan kita bahwa penderita ataksia pun butuh support system. Karena walau secara fisik mereka makin lemah, tapi semangat dan pikirannya tetap aktif dan penuh perasaan.

Apakah Ataksia Bisa Disembuhkan?

Sayangnya, untuk kebanyakan jenis ataksia—terutama yang bersifat genetik—belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan. Tapi bukan berarti nggak bisa dikendalikan.

Beberapa pendekatan yang biasa dilakukan dokter dan terapis:

  • Fisioterapi: untuk melatih otot dan menjaga keseimbangan

  • Terapi okupasi: supaya pasien tetap bisa melakukan aktivitas harian

  • Terapi bicara: bagi pasien dengan gangguan komunikasi

  • Obat-obatan: untuk menangani gejala seperti tremor, kram otot, atau depresi

Ada juga beberapa penelitian terbaru tentang terapi gen dan penggunaan vitamin E atau koenzim Q10 untuk memperlambat progresi penyakit, meskipun hasilnya masih bervariasi.

Untuk informasi klinis lanjutan dan penelitian genetik terkait ataksia, kamu bisa merujuk ke organisasi global seperti National Ataxia Foundation.

Kesimpulan: Mengenali Ataksia Sejak Dini untuk Menjaga Kualitas Hidup

Ataksia bukan penyakit yang banyak dibahas di media, tapi dampaknya sangat besar untuk penderitanya. Gangguan kecil dalam gerakan bisa jadi pukulan besar dalam hidup sehari-hari. Maka dari itu, penting untuk mengenal gejalanya sejak awal.

Kalau kamu punya keluarga yang menunjukkan gejala aneh dalam gerakan atau bicara, atau kamu sendiri merasa tidak seimbang tanpa alasan jelas, jangan tunda untuk periksa. Karena semakin cepat diketahui, semakin besar peluang untuk menyesuaikan terapi dan memperlambat dampaknya.

Saya percaya, setiap penyakit akan terasa lebih ringan kalau kita tahu apa yang sedang kita hadapi. Dan artikel ini semoga bisa jadi awal untuk kamu yang ingin lebih memahami ataksia, entah sebagai pasien, keluarga, atau hanya sekadar belajar.

Hati-hati dari pola makan dan juga gaya hidup jangan sampai terkena: Gejala Stroke Ringan: Kenali Tandanya Sebelum Terlambat

Author

ide