Aku masih ingat hari saat aku pertama kali sadar kalau ada yang berubah di kakiku. Waktu itu aku baru bangun tidur, berdiri di depan cermin, dan melihat urat biru keunguan mencuat samar di betis. Awalnya kupikir cuma karena kecapean atau berdiri terlalu lama. Tapi lama-lama garis itu makin terlihat, makin tegas, dan akhirnya menjadi bagian tetap dari tubuhku. Ya, itulah awal mula aku mengenal yang namanya varises.
Buat sebagian orang, varises mungkin hanya dianggap masalah penampilan. Tapi setelah mengalaminya sendiri, aku tahu bahwa kondisi ini bisa jauh lebih kompleks. Ada rasa pegal, berat, dan bahkan nyeri yang muncul terutama di malam hari. Dan lebih dari itu, ada rasa tidak percaya diri yang perlahan muncul karena kaki yang dulunya mulus kini berubah.
Makanya aku nulis ini. Bukan cuma untuk berbagi pengalaman, tapi juga sebagai bentuk edukasi ringan tentang varises—apa penyebabnya, bagaimana mengatasinya, dan yang paling penting, bagaimana mencegahnya sejak dini.
Apa Itu Varises?
Varises adalah kondisi di mana pembuluh darah vena, biasanya di kaki, melebar dan menonjol keluar ke permukaan kulit. Warna pembuluh ini bisa biru, ungu tua, atau kehijauan, dan kadang berkelok-kelok seperti cacing.
Kenapa bisa begitu? Karena katup di dalam pembuluh darah yang seharusnya mendorong darah kembali ke jantung mengalami kelemahan atau kerusakan. Akibatnya, darah mengumpul di satu titik dan menciptakan tekanan ekstra yang membuat pembuluh darah melebar.
Gejala yang Aku Rasakan
Setiap orang bisa mengalami gejala healthy yang berbeda, tapi ini yang aku alami:
-
Urat menonjol dan tampak jelas di permukaan kulit
-
Rasa berat di kaki, terutama setelah berdiri lama
-
Nyeri tumpul di betis, sering kali menjelang malam
-
Kram kaki saat tidur
-
Gatal di sekitar varises
-
Kadang muncul rasa terbakar ringan di jalur vena
Dan yang menyebalkan, rasa tidak nyaman ini bisa datang tiba-tiba. Bahkan saat sedang duduk santai sekalipun.
Penyebab Varises yang Baru Aku Sadari
Aku bukan ahli medis, tapi dari konsultasi ke dokter dan riset pribadi, aku menemukan beberapa penyebab umum varises—dan ternyata banyak yang relate banget sama gaya hidupku selama ini.
1. Genetik Varises
Ternyata kalau orang tua kita punya riwayat varises, kemungkinan kita kena juga lebih besar. Ibuku punya varises sejak usia 40-an, dan aku kira itu karena usianya. Ternyata, aku mewarisinya lebih cepat.
2. Berdiri Terlalu Lama
Aku bekerja sebagai gu ru. Artinya, berdiri berjam-jam dalam sehari. Ini salah satu pemicu paling signifikan. Saat kita berdiri terlalu lama, gravitasi membuat darah lebih sulit naik kembali ke jantung.
3. Kurang Aktivitas Fisik
Meski kerjaku aktif, tapi di luar itu aku jarang olahraga. Jarang jalan cepat, apalagi jogging. Ini bikin sirkulasi darah makin buruk.
4. Kelebihan Berat Badan
Berat badanku sempat naik drastis setelah melahirkan. Ternyata, berat badan berlebih memberi tekanan ekstra pada vena di kaki.
5. Hormon dan Kehamilan
Perubahan hormon, termasuk saat hamil, memperbesar risiko varises karena pembuluh darah jadi lebih lemah dan tekanan dari janin memperlambat aliran balik darah ke jantung.
Pemeriksaan dan Diagnosis Varises
Waktu aku merasa gejala makin parah, aku akhirnya memutuskan periksa ke dokter spesialis bedah vaskular. Pemeriksaannya nggak menyeramkan kok:
-
Pemeriksaan fisik – dokter melihat langsung vena yang menonjol
-
USG Doppler – untuk melihat aliran darah di vena dan menentukan apakah katup vena berfungsi baik atau tidak
Setelah dicek, ternyata aku mengalami varises ringan-menengah. Belum parah, tapi perlu diwaspadai dan ditangani sejak dini.
Pengobatan Varises yang Pernah Aku Coba
1. Stoking Kompresi
Ini yang paling umum dan disarankan dokter. Aku pakai stoking elastis khusus yang memberikan tekanan pada kaki, membantu aliran darah ke atas. Awalnya nggak nyaman, tapi setelah terbiasa, terasa banget manfaatnya—kaki jadi nggak gampang pegal.
2. Obat-Obatan Varises
Dokter sempat meresepkan suplemen dan obat antiinflamasi ringan untuk meredakan nyeri dan bengkak.
3. Skleroterapi
Temanku sempat coba prosedur ini. Cairan kimia disuntikkan ke dalam vena kecil, membuatnya menyusut dan menghilang. Hasilnya cukup bagus, tapi butuh beberapa sesi dan ada efek samping ringan.
4. Laser Vena Endovenous
Untuk kasus yang lebih berat, prosedur ini jadi pilihan. Tapi karena varisesku belum parah, aku memilih terapi konservatif dulu.
5. Perubahan Gaya Hidup
Yang paling berdampak buatku. Mulai dari olahraga ringan, jaga berat badan, dan memperbaiki pola makan. Ternyata efeknya besar dalam mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Tips Sehari-hari yang Sangat Membantu
Buat kamu yang merasa mulai ada tanda-tanda varises, coba lakukan hal-hal ini:
-
Naikkan kaki 20–30 menit setiap hari, terutama setelah berdiri lama
-
Jangan duduk bersila atau menyilangkan kaki terlalu lama
-
Berjalan kaki setiap hari minimal 30 menit
-
Minum air putih cukup dan makan tinggi serat
-
Hindari sepatu hak tinggi atau terlalu sempit
-
Gunakan bantal kaki saat tidur untuk membantu aliran balik vena
Aku juga belajar buat lebih sering ganti posisi. Kalau duduk terlalu lama, berdiri dan stretching sebentar. Kalau berdiri terlalu lama, duduk dan angkat kaki sebentar.
Dampak Emosional dan Psikologis
Varises nggak cuma soal kesehatan fisik. Buatku, dampak psikologisnya juga besar. Aku pernah merasa malu pakai rok karena takut orang melihat kaki beruratku. Pernah juga nggak pede di pantai karena merasa tubuhku ‘rusak’.
Tapi seiring waktu, aku belajar menerima. Bahwa tubuh yang punya bekas luka atau varises bukan berarti tidak indah. Selama aku menjaga kesehatan, itu sudah cukup. Dan semakin aku peduli, varises juga makin membaik.
Apakah Varises Bisa Hilang Total?
Jawabannya: tergantung tingkat keparahannya.
-
Untuk varises ringan, gaya hidup sehat dan terapi bisa sangat membantu hingga hampir hilang.
-
Untuk varises sedang hingga berat, perlu prosedur medis seperti skleroterapi atau operasi laser.
-
Tapi untuk pencegahan, gaya hidup aktif dan seimbang sangat efektif.
Menurut artikel dari Mayo Clinic, pencegahan terbaik adalah menjaga sirkulasi darah tetap lancar dan tidak membiarkan tekanan menumpuk di vena.
Varises Bukan Hanya Dialami Orang Tua
Ini penting aku tekankan. Banyak orang mengira varises hanya dialami orang lanjut usia. Padahal, aku mulai mengalami gejalanya di usia akhir 20-an. Teman-temanku yang bekerja di salon, gu ru, atau bahkan gamer yang duduk lama juga mulai mengeluh hal serupa.
Jadi, sebaiknya kita lebih aware dan nggak menyepelekan gejala awal seperti kaki berat, kram malam, atau urat halus yang mulai terlihat.
Cerita Orang Lain yang Menguatkanku
Aku juga sempat gabung di forum online khusus penderita varises. Di sana aku baca banyak cerita inspiratif. Ada ibu muda yang sembuh setelah rajin yoga dan pakai kompresi, ada pria berusia 40-an yang sukses turunkan berat badan dan vena-nya mengecil signifikan, dan ada juga lansia yang tetap aktif meski punya varises besar.
Cerita-cerita itu mengingatkanku bahwa kondisi ini bukan akhir dari segalanya. Kita bisa tetap hidup nyaman dan produktif asal tahu cara merawatnya.
Kapan Varises Harus ke Dokter?
Kamu sebaiknya segera konsultasi jika:
-
Rasa nyeri makin parah dan mengganggu aktivitas
-
Kulit di sekitar varises berubah warna
-
Terjadi pembengkakan ekstrem atau luka yang sulit sembuh
-
Muncul pendarahan dari varises
-
Tiba-tiba ada benjolan keras dan nyeri saat disentuh
Jangan tunggu sampai terlambat. Lebih cepat ditangani, lebih mudah proses pemulihannya.
Penutup: Tubuh Kita Punya Cerita
Varises adalah bagian dari cerita tubuhku. Mungkin bukan bagian paling cantik, tapi tetap berarti. Ia mengajarkanku untuk lebih peduli, lebih sabar, dan lebih menghargai tubuhku apa adanya.
Kalau kamu juga sedang berjuang dengan varises, kamu tidak sendiri. Banyak orang di luar sana mengalami hal serupa. Tapi ingat, kondisi ini bisa dikendalikan. Bisa ditangani. Dan bukan hal yang harus disembunyikan.
Jaga kakimu, jaga dirimu. Karena kamu berhak merasa sehat dan percaya diri—dengan atau tanpa varises.
Hati-hati kalau masalah otot nih, jangan sampai kena: Tendinitis: Radang Tendon yang Bisa Dicegah Dari Sekarang!